Selasa, 28 Oktober 2008

Stasiun di Pabrik Gula

PABRIK GULA SECARA UMUM DIBAGI MENJADI

I.Emplasemen.
Fungsi Utama :
1. Sebagai tempat penimbangan dan penerimaan tebu sebelum tebu diolah lebih lanjut pada Stasiun berikutnya.
2. Sebagai tempat menampung tebu/persediaan tebu sebelum digiling, memuat tebu ke lori.
3. Sebagai tempat untuk mengumpan tebu (Cane Unloading) pada stasiun gilingan.

II.Stasiun Ketel (Boiler)
Fungsi Utama :
Menghasilkan Uap (Steam) sebagai tenaga penggerak mesin-mesin dan uap untuk keperluan proses

III.Stasiun Listrik/Sentral

Power House adalah pusat pembangkit tenaga listrik yang digunakan untuk mensupply arus listrik pada peralatan yang menggunakan motor listrik dan penerangan semua Stasiun di Pabrik, juga untuk perumahan dinas Karyawan dan umum. Pabrik Gula memerlukan daya listrik sesuai dengan kapasitas Pabrik dan pemakaian untuk penerangan lingkungan pabrik dan rumah dinas. Diluar masa giling Pabrik menggunakan diesel generator sebagai pembangkit tenaga listrik dan didalam masa giling menggunakan turbine uap sebagai pembangkit tenaga listrik.

IV.Stasiun Gilingan.
Fungsi utama :
Memerah cacahan tebu, sehingga nira tebu dapat terperah secara optimal

V.Stasiun Pemurnian.
Fungsi Utama :
Memurnikan nira mentah / nira kotor menjadi nira jernih / nira encer

VI.Stasiun Penguapan.
Fungsi Utama :
Menguapkan air yang terkandung dalam nira encer hingga didapat nira kental dengan % brix minimal 60 dengan sistim penguapan multiple effect bisa quadruple (4 kali penguapan) atau Quintiple (5 kali pengupan).

VII.Stasiun Masakan.
Fungsi Utama :
Memproses nira kental yang memiliki brix > 60 – 65, HK > 80, viskositas rendah dan warna 5000 – 6000 iu menjadi masakan/cuite dengan karakteristik kristal rata, brix sesuai, Persentase (%) kristal masakan tinggi, tidak viscous.

VIII.Stasiun Pendingin
Fungsi Utama :
Mendinginkan atau tempat tunggu masakan sebelum diputar di stasiun puteran agar kristal-kristal gula lebih terbentuk sempurna.

IX.Stasiun Puteran.
Fungsi Utama :
Memisahkan hasil masakan yang berupa cuite atau magma dengan stroopnya dengan bantuan air cucian/bilasan dan uap baru sehingga menghasilkan gula kristal putih (GKP/SHS).

X.Stasiun Penyelesaian dan Pengemasan.

XI.Unit Pengolah Limbah (UPL)

Masing-masing stasiun mempunyai fungsi dan tugas sendiri, serta merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan sehingga harus dimengerti dan dipahami berbagai aspek operasional pabrik gula, termasuk pengendalian dan pengawasan prosesnya. Pengendalian dan pengawasan proses yang baik akan menghasilkan :
• Kontinuitas operasi yang baik.
• Perolehan produk yang optimal dengan mutu yang memenuhi standard.
• Kehilangan gula dalam ampas, blotong dan tetes seminimal mungkin.
• Pemakaian bahan bakar dan bahan pembantu seefisien mungkin.

Kamis, 19 Juni 2008

SEJARAH PG TERSANA BARU

Pabrik Gula Tersana Baru merupakan salah satu pabrik gula yang bernaung di bawah PT PG Rajawali II. Pabrik Gula Tersana Baru didirikan pada tahun 1896 oleh perusahaan swasta milik kerajaan Belanda, yaitu Maatschappij Tot Exploitasi Der Suiker Ondornemingen sebagai pusat industri gula di Amsterdam. Di Indonesia, pelaksanaannya dipercayakan kepada NILM (NV Nederlands Indische Landbows Maatschapij) yang berkedudukan di Surabaya. Pabrik Gula ini diberi nama NV Landbow Mij Tersana.
NILM merupakan perusahaan swasta yang bergerak di bidang perkebunan dan modalnya dibiayai oleh kerajaan Belanda. Pada masa itu, kerajaan Belanda sudah dapat mendirikan 97 pabrik gula di pulau Jawa. Setelah bangsa Jepang masuk ke Indonesia, kekuasaan Belanda lumpuh, sehingga semua perusahaan Belanda disita oleh Jepang termasuk pabrik gula yang ada di pulau Jawa.
Meletusnya perang pasifik antara tahun 1942 – 1945 mengakibatkan pembangunan sarana-sarana serta proses produksi pabrik gula oleh bangsa Jepang tidak dapat diteruskan. Baik karena bahan baku maupun mesin-mesin yang tidak terwat.
Dengan adanya konfrontasi pemerintah Republik Indonesia dengan pemerintah Belanda pada tahun 1958, tepatnya tanggal 31 Desember 1958, semua perusahaan Belanda diambil alih oleh pemerintah RI melalui BANAS berdasarkan Undang-undang Nasionalisasi no. 68 tanggal 31 Desember 1958 penguasaannya diserahkan kepada pemerintah RI oleh Nederland Handle Maatschapij.
Pada tahun 1958, diserahkan kepada Badan Pimpinan Umum Perusahaan Tebu Jawa Barat dengan nama Unit Gula I berdasarkan PP No. 1 tahun 1963 tentang pendirian perusahaan-perusahaan perkebunan negara, didirikan PG Tersana Baru dengan nama Perusahaan Perkebunan Gula Negara Tersana Baru, merupakan badan hukum yang berlokasi di Desa Babakan, Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon. Sebenarnya Pabrik Gula Tersana Baru merupakan peleburan dari beberapa pabrik gula yang telah ada sebelumnya.
Demi kesatuan tindakan pengurusan di antara perusahaan perkebunan gula negara, dibentuklah Badan Pimpinan Umum Perusahaan Perkebunan Negara Gula (BPU-PPN Gula) yang didirikan oleh Badan Pimpinan Umum Perusahaan Perkebunan Gula Negara Karung Goni. BPU-PPN Gula membentuk inspeksi-inspeksi yang merupakan wilayah-wilayah tertentu untuk melaksanakan tugas tersebut. PPN Gula Tersana Baru termasuk ke dalam inspeksi wilayah III Cirebon.
Pada tahun 1961, dikelola oleh Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan Jawa Barat IV (PPN Jabar IV) yang dibentuk berdasarkan PP No. 159 pada tanggal 26 April 1961 dan PG Tersana Baru dipimpin oleh seorang direktur.
Pada tahun 1968, semua pabrik gula yang ada di Cirebon dilebur menjadi Perusahaan Negara Perkebunan XIV (PNP XIV). Salah satunya PG Tersana Baru dan dipimpin oleh seorang Administratur. Peraturan ini berdasarkan PP No. 19 tahun 1960 dan PP No. 14 tahun 1968.
Pada tanggal 1 Mei 1981, PNP XIV berubah nama menjadi PT Perkebunan XIV (PTP XIV) di bawah Departemen Perkebunan. Pada tahun 1989, PTP XIV diambil alih Departemen BUMN PT Perkebunan XIV (Persero) berdasarkan Akta Notaris Imas Fatimah, SH. Pimpinan tiap pabrik gula adalah seorang Administratur, tetapi pengelolaan PTP XIV Cirebon diserahkan kepada PT Rajawali Nusantara Indonesia (PT RNI).
Berdasarkan surat PT RNI Jakarta No. PY/96/372 tanggal 11 September 1996 dengan Akta Notaris Sutjipto, SH No. 94 tanggal 28 Agustus 1996, PTP XIV diubah menjadi PT PG Rajawali II, sedang untuk PG Tersana Baru menjadi PT PG Rajawali II Unit PG Tersana Baru.

Rabu, 28 Mei 2008

Residu Nol



Alhamdulillah... tercapai juga kita giling tanpa suplesi BBM Residu. Selasa, 27 Mei 2008 semoga juga seterusnya, kita bisa giling selama 3 shift (24 jam) tanpa menggunakan BBM Residu. Semoga kerjasama dan koordinasi antara 3 Boiler (Stork, Hitachi dan Maxiterm) bisa terjalin s/d akhir giling. Amin


Senin, 26 Mei 2008

Akhirnya... Giling 33400 kuintal


Setelah hari ke -10 giling, tercapai juga giling sebanyak 33.400 kuintal tebu. Dari awal giling lumayan juga halangan-halangan untuk mencapai kapasitas di atas 3000 TCD. Mulai dari pondasi gearbox penggerak cane table yang rusak, bocornya pipa bank tube Boiler Hitachi, sampai kapasitas tebangan yang belum optimal. Tapi hari Minggu, 25 Mei 2008 bisa jadi menjadi sejarah baru PG Tersana Baru. Semoga ini menjadi awal yang baik dan kapasitas operasional bisa tercapai. Amin


Senin, 19 Mei 2008

Awal Giling 2008




16 Mei 2008 pukul 15.00 WIB semoga menjadi titik awal kebangkitan kembali Pabrik Gula Tersana Baru. Hari itu kami memulai giling dengan Sasaran Operasional yang bagi kebanyakan orang mungkin merupakan "Mission Impossible". Rendemen 8.7 %, Total Tebu 4.4 juta ku, dan kapasitas giling 3200 TCD. Tapi itulah mimpi kami. Dan hari tersebut kami bangun untuk memulai upaya mewujudkan mimpi tersebut jadi nyata. Maju PG tersana Baru. Buktikan bahwa kita BISA !!